Properti menjadi salah satu instrumen investasi yang menjanjikan. Namun berinvestasi di properti tidak bebas risiko.Berinvestasi di properti harus memerhatikan beberapa hal.

Nilainya yang cenderung naik dari tahun ke tahun akibat luasan lahan yang tidak meningkat, sementara permintaan melonjak, membuat berinvestasi di properti butuh perhitungan matang. Sebab, banyak orang yang tentunya ingin mendapatkan untung besar.

Jadi, sebelum berinvestasi di properti, sebaiknya perhatikan 6 hal ini.

1. Butuh modal besar

Berinvestasi di properti tidak bisa hanya bermodal dengkul. Jika mendapat tawaran atau diajak seminar investasi properti tanpa modal, kamu wajib berhati-hati.

Investasi properti jelas butuh dana yang besar. Meskipun pembelian rumah, ruko, atau apartemen bisa diangsur, tetap saja perlu uang muka serta biaya administrasi seperti biaya balik nama dan akta notaris. Ini butuh uang yang tak sedikit. Angkanya bisa mencapai belasan atau puluhan juta rupiah.

2. “Pencairan” lama

“Pencairan” hasil berinvestasi di properti juga tak bisa segera. Bila kamu membutuhkan banyak uang secara cepat, properti sulit menjadi solusi. Saat kamu ingin menyewakan atau menjual rumah, misalnya, ini juga perlu waktu. Kamu perlu mengiklankan, menunggu pembeli, melakukan tawar-menawar, hingga mengurus di notaris. Ini jelas tak bisa cepat.

3. Butuh perawatan

Menjadikan properti sebagai aset bukan berarti setelah kamu membelinya lalu membiarkan begitu saja. Kamu perlu merawatnya secara rutin agar propertimu tidak rusak. Selain itu, kamu perlu mengasuransikan properti untuk mengantisipasi kerugian akibat kejadian tak terduga, seperti kebakaran atau gempa bumi. Semua ini memerlukan ongkos.

Baca juga : 

4. Investasi jangka panjang

Properti idealnya menjadi investasi jangka panjang. Proses administrasi pembelian properti memakan waktu, belum lagi jika angsurannya belasan tahun. Nilainya pun hanya naik sedikit jika kamu menjual properti kurang dari satu tahun setelah dibeli.

5. Dijual utuh  

berinvestasi di properti

Properti merupakan jenis investasi dalam bentuk utuh yang tidak bisa dibagi-bagi. Misalnya, jika ingin menjual rumah atau apartemen, kamu tidak bisa menjual bagian per bagian, kan. Berbeda dengan investasi dalam bentuk saham atau emas, misalnya.

6. Tergantung lokasi

Lokasi menjadi kunci properti. Jika properti kamu berada di kawasan terpencil atau mempunyai keterbatasan akses, jangan heran jika nilainya rendah atau bahkan kurang laku. Termasuk jika lokasi properti kamu ada di daerah yang rawan banjir, pembeli akan enggan untuk melihat properti kamu secara langsung.

Meski memeram sejumlah kekurangan, investasi properti umumnya memang menjanjikan keuntungan yang lumayan. Selain itu, memiliki aset properti juga menjadi kebanggaan tersendiri. Kamu bisa terlebih dulu mengumpulkan informasi dari pameran-pameran dan yang paling penting survei lokasi dengan cermat.

Nah, pada masa pandemi ini, harga properti cenderung stagnan atau kenaikannya mengalami perlambatan. Kalau tersedia cukup dana untuk uang muka, misalnya, kamu bisa segera membeli rumah atau apartemen. Sejumlah pengembang menawarkan promosi menarik pada masa wabah ini yang bisa kamu manfaatkan.