“Data is the new oil”. Pernahkah Anda mendengar premis tersebut? Rasanya tak ada satu perusahaan pun saat ini yang mampu mengembangkan bisnisnya tanpa memiliki data yang relevan. Baik karakteristik, perilaku, maupun pesan komunikasi yang hendak disampaikan kepada audiens.

Namun, pada dasarnya, data merupakan material mentah. Data saja tidak dapat menjamin orang awam akan langsung paham dan dapat menarik kesimpulan bermakna (meaningful insights). Lantas, bagaimana cara menyajikannya agar orang dapat memahami data tersebut dengan baik?

Metode penyajian tersebut dibahas oleh Debora Laksmi Indraswari dan Yohanes Advent Krisdamarjati selaku Peneliti Litbang Harian Kompas dalam kelas elektif daring oleh Kognisi bertajuk How to Visualize Data into a Meaningful Insight yang dilaksanakan pada 19 September 2020 yang dihadiri oleh hampir 70 peserta.

Dalam pemaparan awal, Debora menjelaskan, terdapat tiga tingkatan dalam pemahaman visualisasi data. “Yang pertama adalah penemuan pola data (perceiving), kemudian pemberian makna (interpreting), dan pengambilan kebijakan berdasarkan data tersebut (comprehending)”, imbuhnya.

Prinsip 3C dalam menggali makna dari data

 Debora menjelaskan, data sekarang ini jumlahnya sangat banyak, mentah, dan dapat ditemui di mana saja, tetapi tidak semuanya relevan dengan tujuan peneliti. Dengan kata lain, data saja itu tidak akan berbunyi ketika dipresentasikan apa adanya. Terdapat empat langkah dalam merangkai visualisasi data, lanjut Debora, yaitu dari awal pengumpulan data, lalu pengolahan, menggali insight, dan lanjut visualisasi data.

Ketika data dipilah, diolah, dan dipresentasikan menjadi visual yang menarik, tentunya masyarakat dapat lebih mudah mengingat informasi yang ingin disampaikan. Selain itu, visualisasi data dinilai lebih efektif untuk menyampaikan pesan kunci. Terdapat wawasan yang tidak dapat ditemui jika hanya melihat dari tabel.

 “Yang paling penting dalam mengolah data adalah kita harus memiliki ‘3C’ yaitu curiosity, creativity, dan critical thinking,” tutur Debora.

Ketika akan memvisualisasikan sebuah data berdasarkan prinsip 3C, perlu diselidiki terlebih dahulu asal-usul (history) data tersebut. Kemudian, data yang didapat wajib dibandingkan secara apple to apple dan diberikan proporsi yang tepat. Sebisa mungkin, hindari sikap skeptis terhadap data.

Visualisasi data berorientasi audiens

Selanjutnya, Yohanes menjelaskan, penyajian visualisasi data perlu memperhatikan empat prinsip, yaitu berorientasi pada audiens, akurasi sebagai fondasi, mencari referensi, dan fokus pada pesan kunci.

“Untuk mencerna visualisasi data atau karya kita, audiens hanya membutuhkan 5 sampai 10 detik. Cara membacanya pun secara skimming (baca: sekilas) sehingga konteks isi yang ditampilkan harus mudah dicerna cepat,” ujar Yohanes.

Selain itu, estetika visual perlu diperhatikan dalam menyajikan data. Yohanes menyarankan agar tidak terlalu banyak memilih warna dalam mendesain sebuah grafik (chart) sehingga dapat membantu audiens dalam memahami data yang ingin ditekankan. Nuansa serta kontras warna juga berperan penting dalam memudahkan audiens memahami konteks dari data yang ditampilkan.

Diskusi dalam kelas elektif daring tersebut berlangsung seru dan interaktif. Premis yang dapat diambil dari sesi ini adalah dalam menyajikan data, perlu diolah dan divisualisasikan dengan tetap memperhatikan kredibilitas sumber dan keakuratan dari data tersebut. Hal ini dapat membantu memudahkan audiens dalam memahami data yang ditampilkan.

Sebagaimana diketahui, media informasi yang baik adalah yang memberikan informasi sesuai tingkat penerimaan audiens sehingga maknanya dapat dipahami dengan baik.

Kognisi adalah platform berbasis edukasi persembahan Kompas Gramedia yang dibangun pada Mei 2019. Kognisi secara periodik juga mengadakan webinar yang terbuka untuk publik. Informasi lebih lanjut mengenai webinar Kognisi selanjutnya bisa langsung dikunjungi di akun Instagram @kognisikg dan situs learning.kompasgramedia.com (khusus karyawan Kompas Gramedia). Selamat belajar, Kogifriends! Stay safe, healthy, and sane!

Penulis: Elvira Tantri, Editor: Sulyana Andikko.